Sejarah Kekristenan tidak bisa dipisahkan dari Sejarah
gereja Kristen yang membawa ajaran agama Kristen, mengayomi penganutnya dan
menjadi saksi perkembangan pekerjaan yang telah dijalankan sepanjang dua ribu
tahun, sejak abad pertama Masehi, mulai dari tanah Israel hingga ke Eropa,
Amerika, dan seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sejarah gereja sangat menarik
untuk dicermati, dipengaruhi oleh tokoh-tokoh gereja yang tidak terbilang
banyaknya, dan juga menimbulkan kejadian-kejadian yang mengubah alur sejarah
dunia. Tanggal-tanggal terpenting dalam sejarah gereja dan kekristenan dapat
dilihat pada sub bagian artikel ini.
Kekristenan muncul dari wilayah Levant (sekarang Palestina
dan Israel) mulai pertengahan abad pertama Masehi. Asalnya Kekristenan dimulai
di kota Yerusalem dan mulai menyebar ke wilayah Timur Dekat, termasuk ke Siria,
Asyur, Mesopotamia, Fenisia, Asia Minor, Yordania dan Mesir. Sekitar 15 tahun
setelahnya Kekristenan mulai memasuki Eropa Selatan dan berkembang di sana.
Sementara itu juga terjadi penyebaran di Afrika Utara serta Asia Selatan dan
Eropa Timur. Pada abad ke-4 Kekristenan telah dijadikan agama negara oleh
Dinasti Arsakid di Armenia pada tahun 301, "Caucasian Iberia" (atau
Republik Georgia) pada tahun 319,[1][2] Kekaisaran Aksum di Etiopia pada tahun
325,[3][4] dan Kekaisaran Romawi pada tahun 380 M.
Kekristenan menjadi umum bagi seluruh Eropa pada Abad
Pertengahan dan mengembang ke seluruh dunia selama Masa Eksplorasi
negara-negara Eropa dari zaman Renaissance sampai menjadi agama terbesar di
dunia.[5] Sekarang terdapat lebih dari 2 miliar orang Kristen, yaitu sepertiga
jumlah
manusia di dunia.[6] Kekristenan terbagi menjadi Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur pada Skisma Timur-Barat atau Skisma Besar pada tahun 1054. Reformasi Protestan memecah Gereja Katolik Roma menjadi berbagai denominasi Kristen.
manusia di dunia.[6] Kekristenan terbagi menjadi Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur pada Skisma Timur-Barat atau Skisma Besar pada tahun 1054. Reformasi Protestan memecah Gereja Katolik Roma menjadi berbagai denominasi Kristen.
Kehidupan Yesus
Periode ini dimulai sejak kelahiran Yesus hingga kematian
dan kebangkitan Yesus, kurang lebih dari 4 SM hingga 33 M.
Yesus Kristus dilahirkan sekitar tahun 4 SM di Betlehem,
Yudea, dan bertumbuh dewasa di kota Nazaret, Galilea.[7] Setelah Ia berumur
tiga puluh tahun, dimulailah pelayanan Yesus selama tiga tahun termasuk
merekrut keduabelas rasul, melakukan mujizat, mengusir setan, menyembuhkan
orang sakit, dan membangkitkan orang mati. Yesus mati dihukum dengan cara
disalib oleh karena hasutan pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang tidak suka
dengan ajaran Yesus yang dianggap bertentangan dengan ajaran mereka. Ia
disalibkan di Bukit Golgota, Yerusalem di antara tahun 29-33 M atas perintah
Gubernur Provinsi Yudea Romawi, Pontius Pilatus.[8] Setelah mati disalibkan,
Yesus dikuburkan di dalam gua batu. Umat Kristiani percaya bahwa Yesus bangkit
dari mati pada hari ketiga setelah kematian-Nya dan menampakkan diri kepada
lebih dari lima ratus saksi mata. Empat puluh hari kemudian Ia naik ke surga
dengan disaksikan orang banyak. Umat Kristiani juga percaya bahwa para imam
Yahudi yang ketakutan menyogok para penjaga kubur untuk menyebarkan kabar
bohong bahwa Yesus tidak bangkit melainkan mayatnya dicuri oleh para
muridnya.[9] Kelima hal dalam kehidupan Yesus Kristus ini (kelahiran,
pelayanan, kematian, kebangkitan, kenaikan ke surga) adalah intisari
Kekristenan.
Informasi utama tentang kehidupan Yesus berasal dari keempat
Injil dan tulisan-tulisan Paulus serta murid-murid Yesus yang lain yang secara
kolektif disebut buku Perjanjian Baru.
Gereja mula-mula
Gereja dimulai 50 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar
tahun 30-34 Masehi). Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya
(Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah
2:1-4), Gereja (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara resmi dimulai. Tiga
ribu orang yang menerima khotbah Simon Petrus pada hari itu dan memilih untuk
mengikuti Kristus dengan cara dibaptiskan.[10]
Petobat-petobat pertama kepada kekristenan adalah
orang-orang Yahudi atau penganut-penganut Yudaisme, dan gereja, yaitu
persekutuan orang-orang yang mengaku Ketuhanan Yesus itu, berpusat di
Yerusalem. Karena itu kekristenan pada mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi,
sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Eseni. Namun, apa yang
dikhotbahkan para rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok
Yahudi lainnya. Yesus diberitakan sebagai "Mesias" atau Juruselamat
orang Yahudi, yaitu Raja yang Diurapi, yang telah dinubuatkan kedatangannya
untuk menggenapi Hukum Taurat[11] dan mendirikan Perjanjian Baru yang
berdasarkan pada kematianNya.[12] Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah
membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan
beberapa orang, seperti Saul, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, dari
Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan “Jalan” itu.[13] sebelum ia
sendiri akhirnya menjadi penganut Kristus yang sangat gigih.
Periode gereja mula-mula dimulai sejak dimulainya pelayanan
rasul Petrus, Paulus dan lain-lainnya dalam memberitakan kisah Yesus hingga
bertobatnya Kaisar Konstantinus I, kurang lebih tahun 33 hingga 325. Pada
periode ini gereja dan orang-orang Kristen mengalami penganiayaan, terutama
penganiayaan fisik, namun bapak-bapak gereja mulai menulis tulisan-tulisan
Kristen yang pertama dan ajaran-ajaran yang menyeleweng yang bermunculan
diatasi.
Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada
orang-orang bukan Yahudi. Penginjil Filipus berkhotbah kepada orang-orang
Samaria,[14] dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus
berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi[15] dan
mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja)
memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri[16]
dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol.[17]
Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan,
kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di antara gereja-gereja.
Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang
secara acak, kadang atas perintah pemerintah.
Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin
hierakis seiring dengan peningkatan jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan
dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru disepakati. Penganiayaan
terus meningkat.
Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, para Rasul diberi
tugas untuk memberitakan Injil dan menceritakan tentang kabar keselamatan
kepada semua orang "sampai ke ujung bumi". Kekaisaran Romawi pada
waktu itu membenci dan takut dengan ajaran Kristen yang menyerukan kepada semua
orang supaya jangan takut kepada pemerintah duniawi yang sementara, melainkan
takut kepada pemerintahan surgawi yang akan datang kelak.
Kaisar Nero, yang dikenal sebagai kaisar yang gila,
bersama-sama dengan kaisar-kaisar pendahulunya maupun sesudahnya melakukan
penganiayaan, membunuh, memenjarakan, menyiksa, menjadikan orang Kristen umpan
singa di collosseum; namun hal-hal tersebut tidak menyurutkan niat gereja
mula-mula untuk berkembang dan semakin bertambah jumlah orang yang percaya
kepada Yesus. Pada akhirnya, Nero membakar kota Roma dan menyalahkan hal
tersebut kepada orang-orang Kristen yang disebutnya radikal sehingga membuat
penduduk Romawi semakin marah terhadap orang Kristen.
Pada tahun 66, ketika kerusuhan menentang Gessius Florus -
wakil Roma yang merampas benda-benda perak Bait Allah - merebak, ia mengirim
pasukan ke Yerusalem untuk menyalib dan membantai sejumlah orang Yahudi.
Tindakan Florus ini memicu meledaknya pemberontakan yang selama ini merupakan
api dalam sekam.
Pada abad sebelumnya, Roma tidak pernah menangani
orang-orang Yahudi dengan baik. Pertama, Roma telah mendukung Herodes Agung,
perampas kekuasaan yang dibenci. Arkhelaus, putra dan penerus Herodes, adalah
pemimpin yang keji sehingga rakyat meminta pertolongan Roma untuk menggantinya.
Roma pun menolong mereka dengan mengirimkan sejumlah Gubernur secara bergilir –
Pontius Pilatus, Feliks, Festus, dan Florus. Tugas mereka menjaga ketenteraman
di daerah yang tidak stabil itu.
Di Yerusalem, kepala Bait Allah menyatakan pemberontakan
terbuka melawan Roma dengan menghentikan persembahan harian untuk Kaisar. Tidak
lama kemudian seluruh Yerusalem menjadi rusuh; pasukan Romawi diusir dan
dibunuh. Yudea memberontak, kemudian Galilea. Untuk sementara waktu tampaknya
orang-orang Yahudi unggul.
Cestius Gallus, Gubernur Romawi untuk daerah itu berangkat
dari Siria dengan 20.000 tentara. Ia menguasai Yerusalem selama enam bulan
namun gagal dan kembali. Ia meninggalkan 6.000 tentara Romawi yang tewas dan
sejumlah besar persenjataan yang dipungut dan dipakai orang-orang Yahudi.
Kaisar Nero mengirim Vespasianus, seorang jenderal yang
dianugerahi banyak bintang jasa, untuk meredam pemberontakan. Vespasianus pun
melumpuhkan kelompok pemberontak tersebut secara bergilir. Ia memulainya di
Galilea, kemudian di Transyordania, dan berikutnya di Idumea. Setelah itu, dia
mengepung Yerusalem. Akan tetapi sebelum merebutYerusalem, Vespasianus
dipanggil pulang ke Roma, karena Kaisar Nero mati dibunuh. Pergumulan untuk
mencari pengganti Nero berakhir dengan keputusan Senat Romawi untuk menjadikan
Vespasianus sebagai Kaisar. Titah kekaisaran pertamanya ialah penunjukan
anaknya, Titus, untuk memimpin Perang Yahudi.
Ketika pengepungan Yerusalem sedang berlangsung, penduduk
kota pun satu demi satu mati karena kelaparan dan wabah penyakit. Akhirnya,
orang-orang Romawi merobohkan tembok lapisan luar, kemudian lapisan kedua dan
akhirnya yang ketiga. Namun orang-orang Yahudi masih berperang sambil merangkak
menuju Bait Allah sebagai garis pertahanan terakhir. Sejarawan Romawi-Yahudi,
Flavius Yosefus (37-100 M) menjelaskan bahwa Titus ingin melindungi Bait Allah
tersebut, tetapi prajurit-prajuritnya begitu marah terhadap musuh mereka
sehingga mendorong mereka membakar Bait Allah.
Pemberontakan orang-orang Yahudi ini pada abad pertama dan
awal abad ke-2 M menandai berakhirnya negara Yahudi yang baru ada lagi pada
zaman modern (tahun 1948).
Penghancuran Bait Allah (yang dipugar Herodes) mengubah tata
cara peribadahan orang-orang Yahudi. Mereka tidak lagi mempersembahkan korban
sembelihan, tetapi memilih dan mengutamakan sinagoge yang didirikan pendahulu
mereka ketika Bait Allah (yang didirikan Salomo) dihancurkan orang-orang Babel
pada tahun 586 SM.
Sejak awal, gereja berperan di dua dunia yang berbeda, dunia
orang Yahudi dan dunia non-Yahudi. Kisah Para Rasul menggambarkan lambannya dan
kadang-kadang sakitnya perkembangan kekristenan di kalangan orang-orang bukan
Yahudi. Petrus dan Stefanus mengadakan pekabaran Injil kepada orang-orang
Yahudi, sedangkan Paulus kepada filsuf-filsuf Athena dan para penguasa Romawi.
Menjelang pertengahan abad kedua, di bawah pemerintahan yang
adil oleh para kaisar seperti Trajanus, Antoninus Pius dan Marcus Aurelius,
gereja mulai membuka diri pada dunia luar untuk meyakinkan keberadaannya. Yustinus
menjadi salah seorang apologist (orang yang mempertahankan pendiriannya dalam
argumentasi) Kristen pertama, yang menjelaskan imannya sebagai sistem yang
masuk akal. Bersama-sama penulis lain, seperti Origenes dan Tertulianus, ia
menafsirkan kekristenan dalam istilah-istilah yang mudah dikenal orang-orang
Yunani dan Romawi terpelajar pada masa itu.
Karya tulis Yustinus, "Apologi Pertama", ditujukan
pada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu
kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang).
Di samping menulis, Yustinus mengadakan perjalanan yang
cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang
diyakininya. Di Efesus, ia bertemu dengan Tryfo. Di Roma, ia bertemu Marcion,
pemimpin Gnostik. Pada suatu perjalanannya ke Roma, ia pernah bersikap tidak
ramah terhadap seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus
kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa atas
tuduhan memfitnah. Yustinus pun ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal
kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya.
Orang-orang Romawi percaya bahwa roh kaisar ilahi adanya.
Bagi orang Romawi pada umumnya, dengan sejumlah dewa, menyembah kaisar bukanlah
masalah. Mereka melihat hal itu sebagai loyalitas kebangsaan. Namun orang-orang
Kristen menolak karena tahu bahwa itu adalah penyembahan berhala. Polikarpus,
uskup yang disegani di kota itu, diburu oleh prajurit Smyrna. Para prajurit itu
sudah mengirim orang-orang Kristen lainnya untuk dibunuh di arena, kini mereka
menghendaki sang pemimpin.
Di hadapan gubernur Romawi yang berjanji membebaskannya
asalkan ia menghujat Kristus, ia mengatakan kalimat terakhirnya yang terkenal,
"Selama delapan puluh enam tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia
tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah
menyelamatkanku?"
Gubernur Romawi menitahkan agar ia dibakar hidup-hidup. la
diikat pada sebuah tiang dan dibakar. Namun, menurut seorang saksi mata,
badannya tidak termakan api. "la berada di tengah, tidak seperti daging
yang terbakar, tetapi seperti roti di tempat pemanggangan, atau seperti emas
atau perak dimurnikan di atas tungku perapian. Kami mencium aroma yang harus,
seperti wangi kemenyan atau rempah mahal." Ketika seorang algojo
menikamnya, darah yang mengalir memadamkan api itu.
Kisah ini tersebar ke jemaat-jemaat di seluruh kekaisaran.
Pada zaman Polikarpus, yang dibutuhkan hanyalah kesetiaan. Ia setia sampai
mati. Dalam kurun waktu satu setengah abad berikutnya, ratusan martir menuju
kematian mereka dengan setia, dan banyak di antara mereka maju dengan semangat.
Ini didasarkan pada laporan saksi mata uskup Smyrna itu.
Tidak banyak yang diketahui tentang Irenaeus, seorang
penentang Gnostisisme pada akhir abad kedua. Mungkin ia dilahirkan di Asia
Kecil lebih kurang pada tahun 125. Perdagangan yang lancar antara Asia Kecil
dan Gaul (Perancis) memberi peluang bagi orang-orang Kristen untuk membawa
agamanya ke Perancis, tempat mereka mendirikan sebuah gereja yang mapan di kota
Lyons.
Ireneus diangkat menjadi uskup untuk menggantikan uskup yang
terbunuh. Ketika itu terdapat banyak orang yang telah menganut Gnostisisme di
Perancis. Penyebaran aliran ini sangat pesat karena kaum Gnostis menggunakan
istilah orang-orang Kristen — meskipun mereka memberikan interpretasi yang
berbeda secara radikal.
Setelah uskup Lyons itu mempelajari ajaran sesat itu, ia
menulis "Melawan Ajaran Sesat", suatu karya besar yang membeberkan
kebodohan "ajaran yang secara keliru disebut Gnostik" tersebut.
Dengan menyitir gambaran dari Perjanjian Lama dan Baru, ia membuktikan bahwa
ajaran yang mereka sebarkan adalah salah dan tidak alkitabiah.
Sepanjang hidupnya, Ireneus dengan gembira mengenang
perkenalannya dengan Polikarpus, yang pernah akrab dengan Rasul Yohanes. Jadi,
tidaklah mengherankan bahwa ia berpegang pada keabsahan para rasul ketika ia
menolak paham Gnostik. Sang uskup menegaskan bahwa para rasul mengajar di
tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh
kekaisaran, gereja-gereja berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan
para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus
menyatakan bahwa para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah
penerus para rasul. Dengan demikian, ia telah mengangkat martabat para uskup.
Dalam bukunya "Melawan Ajaran Sesat", Ireneus menetapkan standar bagi
teologi gereja. Semua kebenaran yang kita butuhkan sudah tercantum dalam
Alkitab. Ia juga membuktikan bahwa dirinya adalah seorang teolog terbesar
semenjak Rasul Paulus. Argumentasinya yang tersebar luas merupakan pukulan besar
bagi aliran Gnostik pada masanya.
Tertulianus lahir di Kartago, dengan nama Quintus Septimius
Florens Tertullianus, ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (pagan)
serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun
196 ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia
mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat. Ia
memperkenalkan istilah "Trinitas" (dari kata yang sama dalam bahasa
Latin) dalam perbendaharaan kata Kristen; sekaligus kemungkinan, merumuskan
"Satu Allah, Tiga Pribadi".
Ketika orang-orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang
keilahian Kristus serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah
berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia
pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang: Allah adalah satu
hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.
Ketika dia menyiapkan apa yang menjadi doktrin Trinitas,
Tertulianus tidak mengambil terminologinya dari para filsuf, tetapi dari
Pengadilan Roma. Kata Latin substantia bukan berarti "bahan" tetapi
"hak milik". Arti kata persona bukanlah "pribadi", seperti
yang lazim kita gunakan, tetapi merupakan "suatu pihak dalam suatu perkara"
(di pengadilan). Dengan demikian, jelaslah bahwa tiga personae dapat berbagi
satu substantia. Tiga pribadi (Bapa, Putra dan Roh Kudus) dapat berbagi satu
hakikat (kedaulatan ilahi).
Pada awalnya, kekristenan dicemooh sebagai agama orang-orang
miskin dan tidak terpelajar, dan memang sesungguhnya banyak penganutnya datang
dari kalangan rendah. Namun menjelang abad ketiga, cendekiawan terhebat pada
masa itu adalah seorang Kristen. Baik kafir, penganut ajaran sesat maupun orang
Kristen, semuanya mengagumi cendekiawan yang bernama Origenes tersebut. Ia
mempunyai pengetahuan luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting bagi
pemikiran Kristen di kemudian hari.
Origenes lahir di Alexandria pada tahun 185. Ia berasal dari
keluarga Kristen yang saleh. Setelah ayahnya mati martir, Origenes pun mulai
menanggulangi keadaan dengan bekerja sebagai guru sastra Yunani dan penyalin
naskah. Karena hanyak di antara cendekiawan senior telah meninggalkan
Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah katekisasi Kristen sangat
membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya yang kedelapan belas, Origenes pun
memangku jabatan kepala sekolah di sekolah katekisasi tersebut dan memulai
karier mengajarnya yang panjang, termasuk belajar dan menulis.
Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat
membuat tujuh sekretarisnya sibuk dengan diktenya. Ia telah menghasilkan lebih
dari dua ribu karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap kitab dalam Alkitab
serta ratusan kotbah. Di antara karyanya yang terkenal adalah Heplaxa,
"Melawan Celsus", "Atas Prinsip Pertama", serta karya-karya
lainnya.
Origenes juga tidak terlepas dari kesalahan, yang paling
mencolok adalah ajaran Plato yang banyak ia ambil. Karena kesalahan-kesalahan
semacam ini, maka Uskup Demetrius dari Aleksandria mengadakan sidang yang
mengekskomunikasi Origenes dari gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima
ekskomunikasi ini, namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur
tidak menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan,
kebijaksanaan dan kecendekiawanannya.
Siprianus, seorang kaya dan berbudaya, yang lahir, sekitar
tahun 200 dalam keluarga kafir. Ketika ia menjadi Kristen, ia menanggalkan pola
hidup lamanya, membagi-bagikan uang dan hartanya kepada orang miskin, serta
bersumpah akan hidup suci. Di tengah-tengah gereja yang belum memiliki kesatuan,
ia mencoba menyatukan orang-orang Kristen melalui kuasa para uskup.
Akibat ketatnya peraturan gereja yang melarang penerimaan
kembali orang Kristen yang telah "murtad", seorang imam bernama
Novatus memulai sebuah gereja saingan yang memberi kesempatan bagi orang-oring
murtad itu menjadi anggotanya. Siprianus merumuskan ini sebagai sistem berskala
— semakin besar dosanya, maka semakin lama pula masa penyesalannya. Idenya
mendapat sambutan dan menjadi disiplin Gereja paling kuat — yang kadang-kadang
disalahgunakan.
Siprianus tidak setuju dengan perpisahan ini. Ia yakin bahwa
orang percaya sejati harus menjalani hukuman untuk menebus dosa, untuk
membuktikan imannya. Pada tahun 251 Siprianus mengadakan konsili di Kartago dan
di situlah ia membacakan karyanya, "Persatuan di dalam gereja",
karyanya yang terkenal dan yang sangat berpengaruh dalam sejarah gereja.
Gereja, katanya, adalah lembaga ilahi, yaitu mempelai Kristus, dan hanya ada
satu mempelai. Hanya di dalam gereja manusia akan mendapatkan keselamatan, di
luar itu yang ada hanyalah kegelapan dan kebingungan. Di luar gereja, sakramen
dan para rohaniwan — bahkan Alkitab — tidak ada artinya. Seseorang, secara
pribadi, tidak dapat menjalankan kehidupan Kristen melalui kontak langsung
dengan Allah; ia membutuhkan gereja.
Dengan diterimanya ide ini, tentu saja, para uskup mendapat
kuasa lebih besar. Siprianus juga mencetuskan ide bahwa misa adalah pengorbanan
tubuh dan darah Kristus. Karena para imam menjalankan fungsinya dalam ibadah
atas nama Kristus, maka hal ini pun meningkatkan kuasa mereka.
Karena terancam perpecahan, gereja pada masa Cyprianus
berpegang pada ide-idenya. Uskup tersebut tentunya tidak menduga bahwa sebagai
akibat dari cara-cara yang dirintisnya untuk mempersatukan gereja, akhirnya
pada Abad Pertengahan beberapa uskup yang rakus dan tidak bermoral menggunakan
kuasanya untuk kepentingan pribadi ketimbang untuk hal-hal rohani. Struktur
hierarki yang menciptakan "persatuan" juga telah menyebabkan
keretakan di antara rohaniwan dan kaum awam.
Antonius lahir di Mesir sekitar tahun 250, dalam keluarga
kaya. Ketika ia berumur dua puluh tahun, orang tuanya wafat, meninggalkan
seluruh harta untuknya. Mengikuti petunjuk Yesus, ia membagikan tanah miliknya
kepada orang-orang sekampung, menjual harta lainnya dan menyumbangkan uangnya
kepada orang-orang miskin. Ia berguru pada seorang Kristen yang sudah berumur,
dan belajar tentang sukacita penyangkalan diri. Antonius makan hanya satu kali
sehari, yang terdiri dari roti dan air, serta tidur di atas lantai tidak
beralas.
Sebagai salah seorang pendiri terpenting komunitas biara
sebenarnya tidak punya ide untuk mendirikan apa pun. Ia hanya peduli pada
kondisi spiritualnya sendiri dan menghabiskan sebagian besar waktunya seorang
diri.
Antonius wafat pada usia 105 tahun dan sampai pada akhir
hayatnya, ia berada dalam keadaan sehat pikiran dan jasmani. Untuk mencegah
berkembangnya pemujaan di kuburannya, ia meminta agar ia dikubur secara
diam-diam.
Praktik komunitas rahib yang hidup bersama telah dirintis
Pachomius, seorang teman Antonius. Seperti Antonius yang kuat dan ulet,
sebagian besar pengikutnya memilih menjadi rahib. Antonius telah menyampaikan
ide bahwa pribadi religius yang sejati akan mengundurkan diri dari kehidupan
dunia dengan menjauhkan diri dari hidup berkeluarga dan kenikmatan duniawi.
Hingga era Reformasi, ide ini tidak pernah mendapat
tantangan serius.
Gereja di bawah Kekaisaran Romawi
Periode ini dimulai sejak pertobatan Kaisar Konstantinus I
dan menjadikan Kristen sebagai agama resmi Romawi, hingga dimulainya Abad
Pertengahan, yaitu ketika Kaisar Romawi terakhir, Romulus Agustus dijatuhkan,
kira-kira tahun 313 hingga 476. Pada periode ini Kepausan mulai berkembang,
orang-orang Kristen tidak dianiaya sekejam dulu lagi, agama dan politik mulai
bercampur jadi satu, dan Alkitab bahasa Latin yang memuat Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dikanonisasi.
Gereja pada Abad Pertengahan
Periode ini dimulai sejak berakhirnya kekuasaan Kaisar
Romawi Barat hingga dimahkotainya Charlemagne menjadi Kaisar Eropa Barat,
kira-kira tahun 476 hingga hari Natal tahun 800. Pada periode ini gereja,
terutama Kepausan, mengalami kemunduran moral. Para Paus dipaksa untuk terlibat
lebih dalam lagi dalam politik, yang seringkali kotor, dan harus mengimbangi
keinginan Kekaisaran Romawi Timur dan pemerintahan bangsa barbar di Barat.
Meskipun kebanyakan orang Kristen pada periode ini bermukim di Asia Minor,
namun penyebaran Injil terus dilakukan ke berbagai pelosok Eropa yang akan
memengaruhi sejarah Abad Pertengahan.
Selama Abad Pertengahan di Eropah, Gereja Katolik Roma terus
memegang kekuasaan, dengan Paus sebagai pemegang kekuasaan atas semua jenjang
kehidupan dan hidup seperti raja. Korupsi dan ketamakan dalam kepemimpinan
gereja adalah hal yang umum. Dari tahun 1095 sampai 1204 para Paus mendukung
serangkaian perang salib yang berdarah dan mahal dalam usaha untuk mengusir
kaum kaum Muslimin dan membebaskan Yerusalem.
Gereja pada awal mula Eropa
Periode ini dimulai sejak penahbisan Karel Agung sebagai
Kaisar Eropa Barat hingga kejatuhan Kekaisaran Romawi Timur dengan direbutnya
Konstantinopel oleh bangsa Turki (1453) dan Reformasi Protestan, kira-kira
tahun 800 hingga 1500. Pada mulanya, hampir seluruh Eropa Barat di bawah
kekuasaan Kaisar Kristen, Karel Agung. Misionaris-misionaris mulai dikirim ke
Eropa Timur dan Rusia, biarawan-biarawan mulai membuat perubahan dari dasar
setelah melihat keadaan gereja yang memburuk, dan Perang Salib dengan bangsa
Asia dimulai, namun universitas mulai dibuka sehingga tidak hanya para rahib
namun rakyat biasa juga dapat membaca dan menulis. Selain itu terjadi
perpisahan antara gereja Katolik Barat di Eropa Barat dan gereja Ortodoks Timur
di Asia Kecil.
Reformasi Protestan di Eropa
Periode ini diwarnai oleh tokoh-tokoh yang membawa pembaruan
dalam gereja Katolik Roma, kira-kira tahun 1517 hingga 1600. Tokoh-tokoh
Reformasi seperti Martin Luther, Yohanes Calvin, John Knox, pada akhirnya
mengakhiri dominasi para uskup dan biarawan dalam mempelajari Alkitab.
Reformasi Protestan menyebabkan Kontra-Reformasi dan reformasi lainnya di Eropa
Barat, sementara penemuan benua Amerika menyebabkan kaum Protestan yang
dianiaya di Eropa, terutama Inggris, melarikan diri ke Amerika dan memulai
negara baru yang berlandaskan kekristenan. Dalam waktu seratus tahun, terjadi
lebih banyak peristiwa-peristiwa penting dari abad-abad sebelumnya, dan seluruh
Eropa Barat terancam perang saudara. Di Inggris, Perancis, Spanyol, Swiss,
Skotlandia, pertentangan antara bangsawan dan penguasa Kristen dan Katolik menyebabkan
pertumpahan darah.
Gereja pada Abad Penjelajahan dan Abad Penerangan
Sejak abad ke-17, penjelajah-penjelajah dari Eropa
menjelajahi seluruh dunia dan pada saat yang bersamaan membawa iman mereka ke
seluruh dunia. Terkadang penduduk asli yang mereka datangi dipaksa menerima
iman mereka di bawah ancaman senapan, namun mayoritas pertobatan yang terjadi
di luar Eropa adalah berkat jasa-jasa para misionaris tak bernama baik Kristen
maupun Katolik, yang tinggal dan mengajar masyarakat setempat.
Gereja Modern
Saat ini Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah
mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan mereka yang rusak,
sebagaimana dilakukan pula oleh Katolik dan Lutheran. Gereja injili berdiri
sendiri dan berakar kuat dalam teologia Reformed. Gereja juga menyaksikan
bangkitnya Pentakostalisme, gerakan Karismatik, oikumenisme dan berbagai ajaran
sesat.
Kalaupun kita hanya belajar satu hal dari sejarah Gereja,
kita perlu mengenali pentingnya “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala
kekayaannya (Kolose 3:16). Setiap kita bertanggung jawab untuk mengetahui apa
kata Alkitab dan untuk hidup menaatinya. Ketika gereja melupakan apa yang
diajarkan Alkitab dan mengabaikan pengajaran Yesus, kekacauan merajalela.
Saat ini ada banyak gereja, namun hanya satu injil. Itu
adalah “mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.”
(Yudas 3). Mari kita dengan hati-hati mempertahankan iman itu dan meneruskannya
tanpa mengubahnya. Dan kiranya Tuhan terus memenuhi janjiNya untuk membangun
gerejaNya.
Referensi
^ The Church Triumphant: A History of Christianity Up to
1300, E. Glenn Hinson, p 223
^ Georgian Reader, George Hewitt, p. xii
^ Ethiopia, the Unknown Land: A Cultural and Historical
Guide, by Stuart Munro-Hay, p. 234
^ Prayers from the East: Traditions of Eastern Christianity,
Richard Marsh, p. 3
^ Adherents.com, Religions by Adherents
^ BBC Documentary: A History of Christianity by Diarmaid
MacCulloch, Oxford University
^ Menurut catatan Injil Matius dan Injil Lukas dalam Alkitab
Kristen, yang dikuatkan oleh catatan-catatan lain di bagian lain dalam Alkitab
serta catatan murid-murid pertama maupun sumber-sumber di luar Kekristenan.
^ Dicatat dalam semua Injil dan catatan sejarah dari
penulis-penulis Romawi kuno.
^ Dicatat dalam Matius 27 dan tersirat pada catatan-catatan
sejarah Yahudi.
^ Kisah Para Rasul 2
^ Matius 5:17
^ Markus 14:24
^ Kisah 9:1-2
^ Kisah 8:5
^ Kisah Para Rasul 10
^ Kisah 28:16
^ Tersirat dalam surat-surat dan catatan sejarah kuno.
Pustaka tambahan
A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100
Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Immanuel, 1999. (terjemahan dari buku
berbahasa Inggris: "100 Most Important Events in Church History")
Pengantar edisi khusus majalah Christian History #28: 100
Most Important Events in Church History [1]
239 peristiwa penting dalam sejarah gereja
Garis waktu sejarah gereja
75 peristiwa penting lainnya dalam sejarah gereja
Bowden, John. Encyclopedia of Christianity (2005), 1406pp
excerpt and text search
Cameron, Averil (1994). Christianity and the Rhetoric of
Empire: The Development of Christian Discourse. Berkeley, CA: University of
California Press. p. 275. ISBN 0-520-08923-5.
Carrington, Philip. The Early Christian Church (2 vol. 1957)
vol 1; online edition vol 2
Endsjø, Dag Øistein. Greek Resurrection Beliefs and the
Success of Christianity (2009).
González, Justo L. (1984). The Story of Christianity: Vol.
1: The Early Church to the Reformation. Harper. ISBN 0-06-063315-8.; The Story
of Christianity, Vol. 2: The Reformation to the Present Day. 1985. ISBN
0-06-063316-6.
Grabar, André (1968). Christian iconography, a study of its
origins. Princeton University Press. ISBN 0691018308.
Hastings, Adrian (1999). A World History of Christianity.
Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing. ISBN 0802848753.
Holt, Bradley P. Thirsty for God: A Brief History of
Christian Spirituality (2nd ed. 2005)
Johnson, Paul. History of Christianity (1979) excerpt and
text search
Latourette, Kenneth Scott (1975). A History of Christianity,
Volume 1: Beginnings to 1500 (revised ed.). Harper. ISBN 0-06-064952-6. excerpt
and text search; A History of Christianity, Volume 2: 1500 to 1975. 1975. ISBN
0-06-064953-4.
Livingstone, E. A., ed. The Concise Oxford Dictionary of the
Christian Church (2nd ed. 2006) excerpt and text search online at Oxford
Reference
MacCulloch, Diarmaid. Christianity: The First Three Thousand
Years (2010)
McLeod, Hugh, and Werner Ustorf, eds. The Decline of Christendom
in Western Europe, 1750-2000 (2003) 13 essays by scholars; online edition
McGuckin, John Anthony. The Orthodox Church: An Introduction
to its History, Doctrine, and Spiritual Culture (2010), 480pp excerpt and text
search
McGuckin, John Anthony. The Encyclopedia of Eastern Orthodox
Christianity (2011), 872pp
Shelley, Bruce L. (1996). Church History in Plain Language
(2nd ed.). ISBN 0-8499-3861-9.
Stark, Rodney. The Rise of Christianity (1996)
Schaff, Philip. History of the Church (1882) CCEL.org
Tomkins, Stephen. A Short History of Christianity (2006)
excerpt and text search
Pranala luar
(Indonesia) 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen
(Indonesia) Sejarah Gereja Protestan di Indonesia
(Indonesia) Sejarah gereja hingga tahun 900
(Indonesia) Sejarah Gereja dan Kekristenan Sejak Yesus
Kristus
(Inggris) Theopedia:Sejarah gereja
(Inggris) WikiChristian:Sejarah gereja
Sumber : www.wikipedia.org
Sumber : www.wikipedia.org
No comments:
Post a Comment